Gucci Merebut Gelar Merek Terpopuler di Dunia

Kamis, 28 Februari 2019 - 08:09 WIB
Gucci Merebut Gelar...
Gucci Merebut Gelar Merek Terpopuler di Dunia
A A A
JAKARTA - Gucci berhasil merebut gelar sebagai merek paling populer di dunia dari Off-White dalam The Lyst Index 2018. Berdasarkan laporan Lyst, sebanyak 6 juta konsumen mencari tas, sabuk, atau sepatu bermerek Gucci mulai Oktober hingga Desember tahun lalu. Tas klasik Gucci Soho Disco dan sabuk logo menjadi produk yang paling banyak diburu.

Merek rancangan asal Italia itu telah berada di puncak pencarian sejak tahun lalu. Lyst bahkan menyatakan produk Gucci sangat laris manis hingga mengalahkan produk lain beberapa kali lipat. “Aksesori coveted Gucci dua kali lipat lebih banyak dicari bila dibandingkan dengan 8 produk teratas,” ungkap Lyst seperti dikutip independen.co.uk.

Salah satu kunci sukses Gucci adalah tidak pernah berhenti berinovasi. Tahun lalu mereka merilis sneaker yang dihiasi batu permata bernama Journey Embelish Sneaker. Batu itu terletak pada strap yang melilit sneaker. Sepatu yang tersedia dalam beragam pilihan warna itu dibanderol hingga USD159.

Adapun Off-White yang memegang gelar merek paling populer di dunia selama Oktober hingga Desember 2017 kini tergeser ke urutan kedua. Di posisi ketiga terdapat Balenciaga yang mengalami kenaikan popularitas di media sosial setelah produknya dikenakan Michael Obama, istri mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Penunjukan Riccardo Tisci sebagai pemimpin di Burberry juga terbukti memberikan hasil yang positif. Merek tersebut naik ke posisi ke-10 dalam The Lyst Index 2018 dari posisi ke-14. Merek asal Inggris itu juga mengalami kenaikan setelah iklan yang digelar selama musim liburan berjalan dengan lancar. Mereka sedikitnya mendapatkan sekitar 17,5 juta kali mention di media sosial dalam jangka waktu tiga bulan.

Menurut Lyst, alas kaki masih menjadi produk fashion yang paling banyak dicari konsumen. Sejumlah merek sepatu juga mendominasi jajaran 10 besar. Efek Meghan Markle juga membantu sneaker Veja memuncaki peringkat. Jumlah pencarian yang dihasilkan berkat pengaruh Duchess of Sussex itu terhadap Veja meningkat sebesar 113%.

Meski rancangan dan kolaborasi merek baru banyak bermunculan pada 2018, para konsumen tetap lebih memilih produk istimewa yang unik, langka, dan bernilai tinggi. Dr Martens juga terbukti mencatat rekor yang konsisten dan bagus. Pada kuartal terakhir, Dr Martens mengalami kenaikan pencarian sebesar 110%.

“Bagaimanapun produk signature seperti aksesori Gucci dan Saint Laurent Monogram Envelope yang berhasil mencuri perhatian konsumen tetap tidak dapat diganggu gugat. Mereka memiliki tempat dan status sosial yang tinggi,” ungkap Lyst.

Lyst mengurutkan merek berdasarkan tingkat popularitas yang dianalisis melalui jumlah aktivitas belanja online. Lebih dari 5 juta konsumen telah berinteraksi dengan 12.000 merek di Lyst. Mereka juga menimbang hal lain seperti pencarian, browsing, dan pembelian.

Penghentian Penggunaan Bulu dan Kulit Binatang
Sebelumnya banyak perusahaan fashion yang gencar melakukan perubahan. Perusahaan busana asal Prancis Chanel SA memutuskan untuk menghentikan penggunaan bulu dan kulit binatang eksotis dalam bahan pembuatan pakaian. Perusahaan yang didirikan pada 1909 itu mengaku ingin melakukan perubahan standar etika menyusul tingginya tekanan dari para aktivis hewan langka.

Chanel akan melakukan substitusi bahan pembuatan garmen dan aksesori dengan bahan yang lain dan berhenti membeli kulit buaya, kadal, dan ular. Seorang sumber dari Chanel mengatakan dewan direksi perusahaan mengeluarkan kebijakan baru yang lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan binatang yang dilindungi.

“Di Chanel, kami terus mengkaji rantai suplai pasokan barang untuk memastikan ekspektasi perusahaan terpenuhi,” ungkap Chanel seperti dikutip cnn.com. “Sepengalaman kami, semakin hari semakin sulit mencari kulit binatang yang memenuhi standar etika. Kebijakan ini juga diterapkan di produk berbahan dasar bulu,” tambahnya.

Meski tidak lagi menggunakan bulu dan kulit binatang, Chanel berharap dapat menciptakan produk kelas atas generasi baru dengan kualitas terbaik. Keputusan ini disambut baik dan dianggap sebagai sebuah kemenangan oleh organisasi hak asasi binatang asal AS People for the Ethical Treatment of Animals (PETA).

Wakil Presiden Eksekutif PETA Tracy Reiman mengaku gembira Chanel menghentikan penggunaan bulu dan kulit binatang. “Tutup botol sampanye terlepas berhamburan di PETA. Selama beberapa dekade, PETA melakukan kampanye di brand-brand terkemuka. Kini saatnya perusahaan lain untuk mengikuti Chanel,” katanya.

Desainer busana Karl Lagerfeld merupakan Direktur Kreatif Chanel sejak 1983. Jabatan itu dia pegang sekitar 12 tahun setelah pendiri Chanel, Coco Chanel, meninggal dunia. Sebagai mantan desainer di rumah mode Italia Fendi, dia memperkenalkan penggunaan kulit tikus, kelinci, dan tupai dalam beragam produk Chanel.

PETA menentang keras langkah itu karena yakin tidak ada hewan yang patut menderita demi memenuhi hasrat fashion manusia. Pada abad modern di mana tekstil mengalami kemajuan, mereka juga menyatakan perusahaan fashion tidak lagi memiliki alasan menggunakan bulu dan kulit hewan dalam produk apa pun.

Sebelumnya, perusahaan aksesori Coach juga berjanji tidak akan lagi menggunakan bulu binatang di dalam keseluruhan produknya. Label busana mewah asal AS itu menyatakan akan melakukannya secara bertahap dan berharap dapat menghentikan penggunaan bulu binatang secara total pada musim semi tahun depan.

Chief Executive Officer (CEO) Coach, Joshua Schulman, menerangkan keputusan itu diambil menyusul meningkatnya keprihatinan para konsumen mengenai penggunaan bulu hewan di sektor industri busana. “Kami mengerti kami harus mengambil tindakan. Kami melakukannya karena yakin ini adalah jalan yang benar,” ujarnya.

Semua jenis bulu binatang akan dilarang oleh Coach sebagai bagian dari aturan baru, termasuk bulu cerpelai, anjing hutan (coyote), rubah, dan kelinci. Namun tidak semua produknya melepaskan diri dari bahan berunsur binatang. Anak perusahaan Tapestry tersebut akan tetap menggunakan shearling, mohair, dan angora.

Burberry juga mengumumkan akan berhenti memanufaktur produk berbahan dasar bulu asli hewan. Pernyataan itu disampaikan sehari sebelum kontes bebas-bulu London Fashion Week. Pada Juni, ritel online Asos menyatakan akan menolak berbagai produk yang terbuat dari bulu, mohair, sutra, tulang, gigi, atau cangkang.

Direktur Eksekutif Humane Society International (HSI) Inggris, Claire Bass, sangat mendukung penuh keputusan yang diambil Coach. “Kami sangat senang perusahaan fashion sebesar Coach memilih untuk berhenti menggunakan bulu hewan dari berbagai produknya. Saya yakin keputusan ini 100% sangat tepat,” tandas Bass.

Keputusan serupa juga diambil Gucci, Vivienne Westwood, Calvin Klein, Ralph Lauren, ASOS, Nike, Nine West, dan Puma. Desainer asal Italia Giorgio Armani mengatakan hewan dan lingkungan perlu dijaga demi keberlangsungan hidup manusia. Para ahli juga menilai bulu dan kulit hewan tidak fashionbale dan tidak keren.

Meski dalam 18 bulan terakhir banyak label fashion yang memutuskan bebas kulit, sejumlah perusahaan bergeming. Fendi, Balenciaga, Louis Vuitton, dan Marcs Jacobs merupakan sederet brand yang masih menggunakan kulit hewan. Pemerintah di Inggris pun akan menerapkan aturan lebih ketat atas hal ini. (Shamil)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0717 seconds (0.1#10.140)